Menyibak Misteri Jalur Gunung Lawu Via Candi Cetho, Diyakini Gerbang Menuju Dunia Gaib
- VIVA Jogja
Berbeda dengan Cemoro Kandang yang kerap manjadi tujuan dari para pendaki. Jalur Cemoro Kandang medannya tidak terlalu berat dan banyak rambu penunjuk arah dengan jarak tempuh yang lebih cepat sekitar 8-9 jam untuk kondisi normal (bagi yang terbiasa naik gunung).
Namun bagi para pemula jarak tempuhnya lebih dari itu. Sedangkan pendaki yang melalui jalur Candi Cetho kebanyakan adalah pendaki spiritual (pendaki yang melakukan ritual/ bertapa) biasanya sering melewati jalur Cetho. Salah satu tokoh yang juga dipercaya paham dengan Gunung Lawu, Joko Sunarto atau Polet menjelaskan, kebanyakan pendaki spiritual memang mengambil rute candi Cetho.
"Ibaratnya sebuah rumah, pintu masuk utama (ruang tamunya) ada di Cetho. Sedangkan Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang adalah pintu belakang dan pintu sampingnya," jelasnya ketika di temui VIVA Jogja di kediamannya di Ngargoyoso, Karanganyar, Kamis (17/10/2024).
Pendaki spiritual lebih menyukai melewati jalur tersebut meski jarak tempuhnya lebih lama di bandingkan pintu masuk lainnya. Sedangkan pendaki biasa, jarang melewati jalur tersebut karena kurangnya rambu penunjuk jalan dan jarak tempuh yang lebih panjang.
Ia mengatakan konon dari cerita-cerita para pendaki yang melintasi jalur candi Cetho ini, jalur puncak Gunung Lawu via Candi Cetho ini banyak terdapat beberapa larangan dan mitos yang ada, salah satunya adalah Pasar Setan.
Pasar Setan itu sendiri berada di sekitar Pos 5 jalur pendakian Gunung Lawu. Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat, tempat ini digambarkan dengan tumpukan bebatuan.
Kegiatan Pasar Setan terjadi pada malam hari, khususnya malam Jumat. Lokasi Pasar Setan ini dekat dengan titik bulak peperangan antara pasukan Prabu Brawijaya V, yang dalam pengasingan ke Gunung Lawu, dan Adipati Cepu dari Majapahit.