Garebeg Sawal Keraton Yogya dilangsungkan Hari H Idul Fitri

Garebeg Syawal Keraton Yogya dilangsungkan besok
Sumber :
  • jogja.viva.co.id/ Fuska SE

YOGYAKARTA, VIVA Jogja – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menggelar Garebeg Syawal tahun 2025, pada Senin (31/03/2025). Ritual budaya yang menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri di Yogyakarta ini menjadi momen yang dinanti masyarakat,  khususnya saat merayah (merebut) ubo-rampe yang ada di Gunungan berupa hasil bumi dan makanan tradisional.

PHRI DIY Minta Relaksasi Pajak

Garebeg Syawal ini merupakan simbol rasa syukur Keraton yang juga menjadi wujud sedekah Raja kepada rakyatnya. Acara dimulai dengan iring-iringan prajurit (bregada) Keraton yang terdiri dari 10 unit bregada, antara lain termasuk Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, dan Bugis.

Gunungan diarak menuju Masjid Gedhe,  untuk didoakan, dan setelahnya dikirimkan ke Pura Pakualaman, dan juga Kompleks Kepatihan yang menjadi Kantor Gubernur DIY.

Kasus Mbah Tupon, Polda DIY Langsung Selidiki Mafia Tanah di Bantul

Garebeg Syawal 2025 memiliki keistimewaan dengan kehadiran Abdi Dalem Palawija, yang terdiri dari individu dengan kondisi fisik khusus. Kehadiran mereka menambah nilai sakral dan inklusivitas tradisi ini. Abdi Dalem Palawija adalah kesatuan Abdi Dalem yang terdiri dari orang-orang dengan kondisi fisik khusus dengan ketugasan mengiringi upacara penting, termasuk Garebeg Syawal.

Sebanyak tujuh gunungan akan dibagikan pada Garebeg Syawal ini dan rangkaian kegiatan ini pun telah dimulai sepekan sebelumnya atau pada Minggu (23/3/2025).

Inpres Pengentasan Kemiskinan Ekstrem, Perbaiki Data dan Tepat Sasaran

Koordinator Pelaksanaan Garebeg Syawal 2025/Je 1958, KRT Kusumanegara memaparkan, Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara, gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.

Grebeg Syawal merupakan salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang diadakan setiap tanggal 1 Syawal atau Hari Raya Idulfitri.

Gunungan, yang berisi hasil bumi dan makanan, menjadi simbol kelimpahan dan sedekah dari Sultan kepada rakyatnya ini akan diperebutkan dan bagi mereka yang memperebutkannya, percaya bahwa apa yang mereka dapatkan akan menjadi symbol dari rejeki yang berlimpah di kemudian hari.