Kisah Desa Terong, Berkah Menanam Pohon dan Menangguk Cuan dari Wisata
- VIVA Jogja/Badan Otorita Borobudur
Bantul, VIVA Jogja - Masih ingat dengan film pendek Tilik yang viral pada Agustus 2020 lalu? Ternyata hutan pinus yang menjadi latar film tersebut terletak di Desa Wisata Terong, di sebelah utara Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam film tersebut diperlihatkan pejalanan rombongan ibu-ibu di atas bak truk melewati teduh dan asrinya pepohonan hutan pinus dan area persawahan bernuansa pedesaan yang khas.
Lahan hutan pinus di Desa Terong belum sepenuhnya dikelola untuk pariwisata, sebagian besar masih dibiarkan seperti aslinya. Hanya sisi bawah yang dikenal oleh para wisatawan dengan objeknya Pinus Pengger.
Masyarakat Desa Terong secara sadar berusaha untuk berpartisipasi menangani dampak perubahan iklim. Dimulai pada 2014, masyarakat Desa Terong mulai belajar mengenai hutan mampu menyerap karbon.
Melalui Kelompok Tani Hutan Tunda Tebang “Jasema” dan difasilitasi oleh Lembaga Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam (ARuPA), salah satu LSM lingkungan yang ada di Yogyakarta, masyarakat mulai melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mitigasi perubahan iklim.
Masyarakat Desa Terong secara swadaya mulai menanam 30 sampai 40 pohon sengon. Kemudian, mereka kembali melaksanakan penanaman 4.500 pohon jati dan 1.600 pohon durian. Semua penanaman tersebut dilakukan bersama oleh 554 anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Jasema, di hutan rakyat seluas 312,32 hektare.
Hutan rakyat Desa Terong ini menggunakan sistem tebang butuh agar tetap terjaga kelestariannya. Penebangan dalam sistem tebang butuh sendiri, pada dasarnya tidak menjadi ancaman.
Hutan rakyat Desa Terong bertranformasi menjadi hutan rakyat sekaligus koperasi desa yang mempu menghidupi puluhan kepala keluarga di Desa Terong.
Setelah berproses cukup lama, sekitar pertengahan November 2014, Desa Terong pun dinobatkan menjadi Desa Peduli Iklim.
Bukan hanya itu, oleh PT Astra International Tbk, Desa Terong pun dinobatkan sebagai Desa Sejahtera Astra (DSA).
Hutan Pinus
Wisata Hutan Pinus Pengger yang berada di Desa Terong menjadi destinasi populer bagi pengunjung dari berbagai penjuru.
Bukit Pengger Jogja yang terletak di dataran tinggi ini memberikan suasana santai seperti halnya hutan pinus pada umumnya. Selain itu, wangi damar pinus disana menjangkau setiap pengunjung, yang mungkin menambah keindahan perjalanan liburan.
Hutan Pinus Pengger berbentuk datar sehingga kamu bisa menikmati megahnya kota Jogja dari atas. Suasana destinasi wisata Bukit Pengger masih sangat asri sehingga cocok untuk sekedar refreshing dan melepaskan diri dari keriuhan kota.
Berjalan kaki melintasi Bukit Pengger sungguh menenangkan sambil mengagumi keindahan rindangnya pepohonan pinus Jogja.
Hutan Pinus Pengger Jogja memiliki beragam pohon pinus yang tinggi dan lebat, membuatnya teduh dan sangat sejuk. Untuk mengunjungi objek wisata hutan pinus Jogja ini, kamu harus melewati beberapa anak tangga dari tanah terlebih dahulu.
Selama musim hujan, anak tangga ini akan sedikit licin, jadi berhati-hatilah setiap kali melewatinya.
Hutan Pinus Pengger memiliki beberapa keistimewaan yang menarik wisatawan ke sana. Wisata Pinus Pengger juga menyediakan beberapa tempat berfoto untuk disewa, termasuk spot hammock.
Hammock adalah tempat tidur yang digantung dari satu pohon ke pohon lainnya secara berurutan.
Di lokasi ini hammock dipasang hingga beberapa tingkat, dan biasanya dipasang hingga 5 sampai 6 tingkat.
Selain itu, hutan pinus Jogja juga memiliki simbol atau ikon yang sangat khas yaitu ikon tangan raksasa yang populer di kalangan wisatawan.
Pengelola hutan pinus Pengger Jogja sengaja mengembangkan ikon wisata ini agar dapat menarik minat wisatawan.
Selain objek wisata Pinus Pengger, Desa Terong pun memiliki ikon wisata lain yang tak kalah indah, yakni Gunung Mungker.
Berada di sisi selatan objek wisata Pinus Pengger, Gunung Mungker tidak kalah mempesona. Berkunjung ke Gunung Mungker, wisatawan akan dimanjakan dengan panorama alam menakjubkan.
Lingkungan alam yang masih perawan sudah pasti membuat wisatawan betah berada di lokasi tersebut. Untuk sampai ke objek dengan ciri khas pemandangan alam itu bisa ditempuh lewat Jalan Wonosari Piyungan maupun Pathuk Gunungkidul, selain itu bisa juga melalui Imogiri Bantul.
Rute menuju Gunung Mungker, dari kota Jogja menuju Bukit Bintang melewati Jalan Wonosari, hingga menemui Perempatan Pathuk, tinggal ambil arah kanan menuju Dlingo, sekitar 4 km. Jaraknya hanya sekitar 25 km dari kota Jogja dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.
Berada di Gunung Mungker bisa melihat keindahan Kota Yogya dari ketinggian, termasuk Kabupaten Gunungkidul maupun memandang langsung pantai selatan Bantul.
Selain bisa memanjakan mata dengan pesona alam yang masih asri, pengelola Gunung Mungker juga menyediakan spot-spot eksotis untuk berselfie. Mulai dari area parkir yang luas hingga ketersediaan sarana pendukung lainnya.
Selain bukit dengan pemandangan alam yang indah, di sini terdapat banyak spot selfi yang bisa kita abadikan, diantaranya spot cinta (love), kayu bintang, kereta/andong, spot payung dan masih banyal lagi.
Di sini ada kebun buah, di mana sewaktu panen kita bisa membeli hasil bumi tersebut. Pohon buah yang ada diantaranya, Klengkeng, durian, mangga, sirsak, jambu dan masih banyak lagi. Ada pula taman bunga yang terhampar luas.
Selain wisata alam, Gunung Mungker juga menyediakan fasilitas outbond yang dilengkapi dengan flying fox sepanjang 120 meter. Gunung Mungker tidak hanya indah dari aspek pemandangan alam, tata kelola lingkungan juga sangat memanjakan wisatawan.
Pemandangan alam di Gunung Mungker sangat indah, ada flying fox sepanjang 120 meter dan banyak spot foto instagramable. Untuk masuk ke obyek wisata Gunung Mungker, kita hanya dikenakan biaya parkir, yakni motor Rp 5000, mobil Rp 10.000, Bus Rp. 20.000.
Untuk foto Pre-Wedding: Rp. 50.000. Sedangkan untuk berfoto di spot selfi kita cukup mengisi kotak sukarela.
Lurah Desa Terong Sugiyono mengakui, Gunung Mungker merupakan simbol objek wisata di Desa Terong, dan berada di atas lahan seluas 5.000 meter persegi milik kas desa.