Kongres Pancasila XII : Kemerosotan Moral Pejabat dan Minimnya Pendidikan Karakter

Kongres Pancasila XII di UGM
Sumber :
  • Humas UGM

Jogja, VIVA JOGJA  – Dekadensi moral terjadi di kalangan pejabat baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif diindikasikan dengan banyaknya pejabat yang tidak merasakan malu ketika mereka ketahuan melanggar hukum. “Ternyata banyak orang munafik di pemerintahan kita, dia melakukan sesuatu yang salah tapi merasa tidak bersalah, dia melakukan sesuatu yang jelas-jelas melanggar moral dan kepantasan dalam masyarakat, tapi merasa tidak apa-apa karena katanya belum diputus oleh pengadilan bahwa dia bersalah,” ucap mantan Menko Polhukam RI Prof Mahfud MD dalam Diskusi Panel yang bertajuk “Refleksi Moral Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”  dalam rangkaian Kongres Pancasila XII yang berlangsung di kampus UGM, Kamis (26/09/2024).

Bangun Sinergi dengan Media BI Yogya gelar Capacity Building

Sementara cendekiawan dari PP Muhammadiyah Dr Sukidi menekankan untuk memperbaiki kemerosotan moral dibutuhkan pendidikan karakter akan kebutuhan negara ini akan sebuah sistem pendidikan karakter yang kuat. Menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki negeri dengan spirit pancasila adalah dengan pendidikan karakter.

“Ikhtiar untuk memperbaiki negeri ini dengan spirit pancasila adalah dengan pendidikan karakter karena karakter itulah yang menjadi penentu tentang kualitas kita sebagai manusia,” tandasnya.

Pancasila tetap harus jadi Rujukan Moral dan Etika Politik

Dalam sesi diskusi, beberapa peserta menanyakan soal pendanaan pendidikan yang dianggap kurang diprioritaskan oleh negara dan peluang penerapan meritokrasi. Sukidi mengatakan satu solusi soal pendanaan pendidikan adalah mengajak semua pihak yang terlibat untuk duduk bersama untuk memberikan pendidikan yang berkualitas terutama ke masyarakat miskin.

Soal peluang penerapan meritokrasi, Sukidi menjawab bahwa meritokrasi adalah suatu hal yang mungkin untuk diterapkan di Indonesia bahkan di tengah paham feodalisme dan senioritas yang menjamur di tengah masyarakat kita.

Kemenparekraf RI-GIK UGM Gelar Ajang Kolaborasi Industri Kreatif Internasional

“Mungkinkah meritokrasi di tengah budaya kita yang menganut paham feodalisme, paham senioritas, paham hierarki?  Mungkin Anda perhatikan darimana orang tua Lee Kuan Yew? orang yang lahir di semarang. Lee Kuan Yew menjadi arsitek penting tentang betapa meritokrasi menjadi kunci kemajuan negara Singapura itu sendiri,” ungkapnya.(*)