Where the Cross is Made, Pentas Teater Gema UPGRIS Angkat Obsesi Ayah Berlebihan Berlatar Perburuan Paus

Pentas Teater Gema UPGRIS
Sumber :
  • VIVA Jogja/Dok. Teater Gema

"Pentas produksi akhir tahun ini mengangkat isu yang merespon fenomena sosial di masyarakat, yaitu parenting, dan dampak psikologis anak atas pola asuh orang tua yang obsesif," ungkap sang sutradara, Baskoro. Berangkat dari kegelisahan mengenai kondisi generasi saat ini, sutradara Afrian Baskoro memilih untuk mengangkat naskah lawas Where the Cross is Made karya Eugene O’Neill.

Parade 10.000 Laskar Sabilillah Meriahkan Haul Akbar Kanjeng Sultan Fatah di Demak

Meskipun naskah tersebut diterbitkan pada tahun 1923, Baskoro meyakini bahwa cerita dalam drama ini tetap relevan dan dapat diterima oleh generasi masa kini.

Tema-tema dalam naskah ini, seperti trauma, konflik batin, dan pencarian makna hidup, memiliki kesamaan dengan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat saat ini.

Sekolah Sastra Sleman Diluncurkan di Ultah Pasbuja Kawi Merapi

Dengan pendekatan yang cermat, Baskoro menghidupkan karya klasik ini, menghubungkannya dengan realitas modern, dan menjadikannya sebuah pengalaman teater yang resonan dengan audiens masa kini.

"Harapannya dengan mengangkat isu pendidikan orang tua ke anak ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam menanamkan nilai-nilai ke anaknya, jangan sampai anak-anak mengalami pengalaman traumatis seperti yang dialami tokoh Nat," ujar Baskoro.

Sambut Natal The Alana Yogya Berbagi dengan Panti-asuhan Bhakti Luhur

Pentas Teater Gema UPGRIS juga melibatkan berbagai pihak yang memberikan kontribusi penting, salah satunya adalah Akhmad Sofyan Hadi, atau yang akrab dipanggil Ian, seorang guru dari Kendal.

Dalam pementasan ini, Ian memerankan sosok Kapten Isaiah Bartlett, seorang tokoh yang terobsesi melebihi batas.

Halaman Selanjutnya
img_title