Kisah Pegiat Literasi dari Lereng Medini, Buat Sayembara Berhadiah Ternak
- VIVA Jogja/dok KLM
"Sigit merupakan admin milis Apresiasi Sastra. Dari sana, kami dipertemukan untuk menggagas berdirinya taman bacaan dan perpustakaan gratis bernama Pondok Maos Guyub,’’ ungkapnya.
Taman bacaan dan perpustakaan itu semula hanya mengoleksi buku-buku milik pribadi Heri dan Sigit.
Selain buku bertema umum, banyak dari koleksi buku itu bertemakan sastra, karya para masterpiece dan peraih nobel sastra.
Gayung bersambut, respon warga sekitar terbilang antusias. Dalam sehari, tak kurang 40-50 orang menyambangi taman bacaan tersebut. Seiring waktu berjalan, kedua karib itu rupanya tak puas.
Mereka merasa perpustakaan tak lebih dari sebuah museum. ‘’Harus ada ruang untuk bersapa, berbagi pengalaman, dan ruang untuk belajar bersama,’’ ujar Heri.
Mereka pun melakukan inovasi dan kreasi, di antaranya melakukan kegiatan Sastra Sepeda (memperkenalkan karya sastra dengan bersepeda keliling kampung).
Rupanya kegiatan unik tersebut, banyak menarik minat warga, termasuk juga diliput oleh media massa.
Tak pelak, banyak pihak dari luar Boja, yang kemudian berdatangan dan sukarela memberikan bantuan buku-buku.
Praktis, bantuan itu menambah koleksi buku, dari semula hanya 100-an judul buku, kini koleksi mereka mencapai lebih dari 3.000 judul buku.
Pada 2008, Heri dan Sigit kemudian mengubah taman bacaan itu menjadi Komunitas Lereng Medini (KLM).
Nama Medini, diambil dari nama perkebunan teh Medini yang berada di lereng sebelah barat Gunung Ungaran.
KLM bermetamorfosa, dari taman bacaan dan perpustakaan gratis menjadi komunitas pencinta dan penikmat sastra.